KOMUTER INTELEKTUAL MUDA


Ki Hajar Dewantara, mengatakan bahwa “Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, bahkan kebudayaan merupakan alas atau dasar pendidikan”.

Pernyataan tersebut dapat diartikan sebagai budaya mengenai pembiasaan karakter. Pembiasaan karakter dalam diri dan sejak dini. Budaya jujur, budaya meminta maaf jika melakukan kesalahan, budaya mengucapkan tolong dan terima kasih sebelum dan setelah meminta dan menerima bantuan dari orang lain, budaya tidak menunda tugas, budaya disiplin, budaya hidup bersih, serta budaya simpati dan empati, yang semua ini biasa dikenal dengan istilah Pendidikan Karakter.
            Pendidikan karakter sebetulnya bukan suatu hal yang baru, karena sudah sejak lama pendidikan karakter telah menjadi bagian penting dari misi kependidikan Nasional, walaupun menggunakan istilah yang berbeda.
            Karakter adalah buah dari budi nurani. Budi nurani bersumber pada moral. Moral bersumber pada kesadaran hidup yang berpusat pada alam pikiran. Moral memberikan petunjuk, pertimbangan dan tuntunan untuk berani berbuat dengan tanggung jawab sesuai dengan nilai, norma yang dipilih. Dengan demikian, mempelajari karakter tidak lepas dari mempelajari nilai, norma dan moral.
Lalu, siapa yang bertanggungjawab akan keberlangsungan pembiasaan pendidikan karakter?
            Mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan?. Melakukan pembiasaan pendidikan karakter sedini mungkin jauh lebih baik, daripada membenahi karakter yang salah ketika anak sudah dewasa. Usia 6 sampai 8 tahun, jika ibarat komputer yang mempunyai tahapan input – process – output, anak usia 6 sampai 8 tahun juga sama. Mereka memasukan data apapun, data yang mereka peroleh pada saat bermain, pada saat belajar di sekolah, bahkan pada saat menonton televisi atau mencari informasi melalui internet. Hal tersebut tentu tidak menutup kemungkinan data yang diperoleh anak membawa virus yang berbahaya bagi mereka. Maka untuk mencegah virus tersebut masuk kedalam diri mereka, maka diperlukan anti virus. Anti virus paling ampuh adalah anti virus yang berasal dari lingkungan terdekat mereka, yaitu keluarga dan sekolah.
DIRI SENDIRI
            Saya berusia 7 tahun, dan sekarang Saya kelas 2 Sekolah Dasar Negeri di salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Saya masuk sekolah jam 7 pagi, pulang jam 1 siang. Saya harus bisa menguasai Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Olahraga, dan pelajaran lain, soalnya kalo memang mau jadi yang terbaik, harus unggul disemua mata pelajaran. Pulang sekolah Saya masih harus mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bapak/ Ibu Guru. Saya mencari jawaban pertanyaan itu dari buku – buku pelajaran, kalo ga ketemu ya....Saya mencari jawaban lewat internet. Saya buka Google, tulis kata apa yang ga paham dibagian pencarian, terus klik Enter, keluar semua informasi yang Saya butuhkan. Kalo sudah selesai mengerjakan tugas, Saya biasanya buka – buka Youtube, kadang – kadang ngecek Facebook juga, yang penting kata Bunda, tugasnya sudah selesai, jadi boleh buka yang lain. Bunda juga ada disamping Saya waktu Saya lagi buka internet.

ORANG TUA
            Saya Ibu dari anak usia Sekolah Dasar kelas 2. Saya tidak bekerja, Saya seorang Ibu rumah tangga. Anak Saya ada 2, satu berusia 7 tahun, satu lagi berusia 3 tahun. Karena Saya tidak bekerja, jadi Alhamdulillah proses pendampingan pendidikan karakter anak – anak pada saat di rumah, bisa Saya laksanakan 100%. Saya dan suami sangat memperhatikan masalah anak, terutama penanaman karakter pada diri mereka. Untuk anak Saya yang kecil, Saya berusaha memberikan lebih banyak contoh dibandingkan dengan perintah. Seperti contohnya pada saat anak Saya sedang bermain, dan setelah selesai bermaain, ternyata mainan tersebut masih berserakan dimana mana. Saya lebih suka mengajak anak Saya untuk merapikan mainan tersebut bersama, dibandingkan dengan hanya sekedar menyuruh anak Saya untuk merapikan mainannya. Untuk yang besar, pada saat Saya meminta dia untuk belajar, Saya dan suami sebisa mungkin memberikan kondisi lingkungan yang memang benar – benar kondisi nyaman untuk anak belajar. Saya mendampingi anak belajar dari awal sampai akhir, televisi kami matikan, jika ada pertanyaan yang tidak dimengerti anak, atau bahkan Saya, kita sama – sama mencari jawaban di internet, yang terpenting adalah komunikasi tetap berjalan, dan anak masih dalam pengawasan Saya.

Pelaksanaan pembiasaan pendidikan karakter merupakan tanggungjawab bersama, tanggungjawab antara Anak, Orang tua dan Guru. Proses komunikasi harus senantiasa berjalan baik diantara ketiganya., karena Anak, Orang tua dan Guru merupakan 3 pilar utama dalam pelaksanaan pembiasaan pendidikan karakter. Apabila satu pilar sudah mulai goyang, maka bukan tidak mungkin, pilar yang lain juga akan terpengaruh.
Dari pernyataan salah seorang Anak dan Orang tua tentang keseharian mereka di rumah, terkait kegiatan belajar, mari kita bersama membaca simpulan sederhana Saya sebagai penulis berikut ini :
-          Menanamkan sikap jujur dan terbuka pada anak agar proses komunikasi senantiasa berjalan baik.
-          Melakukan komunikasi dengan anak terkait masalah apapun
-          Memberikan kepercayaan pada anak terkait hal apapun, yang terpenting sebagai orang tua proses komunikasi tidak putus dan senantiasa melakukan pengawasan semampu kita sebagai orang tua.
-          Memblokir situs internet yang tidak layak diakses oleh anak (jika di rumah ada koneksi internet)
-          Tau dengann siapa anak bergaul
-          Yang terpenting adalah, perbanyak memberikan contoh atau teladan kepada anak, karena 1 teladan lebih baik dari 1000 nasihat.
Bagaimana dengan peran sekolah, terkait pembiasaan pendidikan karakter?
            Anak berada di sekolah tidak full 24 jam, tidak pula full selama satu minggu berada di sekolah, jadi peran sekolah disini hanyalah sebagai fasilitator pembiasaan pendidikan karakter yang memang sudah tertanam pada anak melalui pembiasaan – pembiasaan karakter yang telah diperoleh anak saat berada di lingkungan rumah.
            Mari Bapak/ Ibu Guru Sekolah Dasar dimanapun berada, kita buat suasana pembelajaran di sekolah menjadi lebih menyenangkan, kita buat kelas menjadi tempat yang nyaman dan membuat betah anak – anak untuk tetap berada di kelas selama pembelajaran berlangsung, beikanlah selalu senyuman surgawi Bapak/ Ibu Guru kepada anak – anak, karena senyum ikhlas dari Bapak/ Ibu Guru di sekolah, adalah modal kepercayaan terbesar orang tua untuk berani menitipkan anak - anaknya di sekolah.
            Bicara mengenai desain ruang kelas, sebagian besar meja yang digunakan oleh Sekolah Dasar Negeri di daerah adalah terbuat dari kayu, dan tidak jarang meja tersebut pasti ada coretan – coretan kecil yang diukir oleh para intelektual muda bangsa. Mari Bapak/ Ibu Guru, kita lapisi meja tersebut dengan bahan bacaan agar anak senantiasa membaca, atau kita lapisi meja itu dengan tulisan yang ditulis oleh anak yang berisi motivasi dan harapan positif mereka!. Dinding kelas agar terlihat tidak sepi, mari kita tempel poster dengan gambar dan tulisan yang berisi kegiatan – kegiatan positif, seperti contohnya, tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencontek saat ulangan, selalu memberikan salam saat bertemu dengan Guru, dan lain sebagainya.
            Sekolah berperan mengoptimalkan pembiasaan karakter yang sebelumnya sudah tertanam pada diri para peserta didik. Bekal karakter yang sudah baik, mari kita rawat dan kembangkan bersama, agar senantiasa baik. Bekal karakter yang belum baik, marilah dengan keikhlasan dan tenaga yang ada, kita ubah menjadi lebih baik, tanpa menyakiti dan membuat bekas luka pada fisik maupun hati si pembawa bekal J
            Berilah pembelajaran teori pada peserta didik dengan senatiasa memasukan nilai – nilai karakter. Matematika, agar anak dapat menjadi generasi yang jujur dan bertanggungjawab, karena dalam matematika diajarkan bagaimana anak boleh untuk menambah dan mengurangi sesuai dengan bagiannya, tidak boleh berebihan apalagi kurang, anak diajarkan berbagi melalui pembagian, dan anak diajarkan untuk menggandakan sesuai dengan soal yang diberikan pada  materi pelajaran perkalian. Bahasa Indonesia, mengajarkan anak menjadi generasi yang sopan karena tutur kata yang diucapkan, serta pelajaran Olahraga yang mengajarkan anak untuk bersikap sportif dalam hidup.
            Kunci dari pembiasaan pendidikan karakter sejak dini ada 2, yaitu komunikasi dan teladan atau yang bisa disebut dengan istilah KOMUTER (Komunikasi, Teladan dalam Pendidikan Karakter). Komunikasi yang berkesinambungan antara 3 pilar, yaitu anak (peserta didik), orang tua, dan Guru. Komunikasi tidak dapat berjalan sendiri tanpa didampingi oleh teladan. Marilah Bapak/ Ibu Guru, Bapak/ Ibu Orangtua, kita perbanyak komunikasi dengan anak, kita perbanyak teladan dari pada nasihat kepada para intelektual muda bangsa, agar kedepan bangsa ini dapat mempertahankan pembiasaan pendidikan karakter.






Latest
Previous
Next Post »